Langsung ke konten utama

BAB III. ISLAMISASI (Kedatangan Islam Ke Indonesia dan Islam dan Jaringan Perdagangan)

 A. Kedatangan Islam Ke Indonesia
Teori yang menerangkan bahwa Islam pertama kali datang ke Indonesia adalah dari Persi, agaknya untuk membuat bahwa Islam pertama kali datang ke negeri kita beraliran Syiah. Asumsi atau dugaan demikian tidak bisa di pertanggung jawabkan Dapat disimpulkan bahwa mubhalig-mubhalig Islam buat pertama kali ke Indonesia itu datang dari Gujarat (pantai barat India, daerah sebelah barat Ahamdabad.hal itu harus diartikan demikian:
 Mubaligh-mubaligh itu datang dari Mekkah, Madinah mungkin saa sebagian dari Yaman, lalu singgah beberapa saat di Gujarat sebelum meneruskan perajalanan mereka ke timur (Indonesia-Malaysia –Filipina). Kemungkinan itu besar juga, mengingat perjalanan ke timur itu di tempuh dengan perahu-perahu layar mengarungi samudra Indonesia dan sangat jauh menempuh perjalanan
 Di sisi lain almarhum H. Agus Salim antara lain menerangkan :”Nyatalah perhubungan dari tanah Islam di barat dengan negeri kita ini sudah ada dari zaman kebesaran khlifah dalam abad 9. pada masa itu tidak ada kapal-kapal bangsa lain dari pada bangsa Islam itu yang melayari lautan itu. Malah boleh kita pastikan bahwa bangsa kita di sini- di Sumatra dan Jawa  - mendapat pelajaran dari pada bangsa Islam Arab dan Hindi itu, yang pertama-tama sekali mendapatkan pedoman dan melahirkan pelajaran ilmu falak untuk melayari lautan besar. Bangsa itu pula yang mula-mula mengadakan gambar dan peta laut dan memperhatikan pertukaran angin bermusim-musim”
 Bahwa pada abad-III hijriah Al-mas’udi telah menyinggahai nusantara kita. Bisa di duga bahwa Al-mas’udi bukanlah satu-satu menyinggahi tanah air kita. Seperti dikatakan oleh H. Agus Salim, bahwa pada abad ke-9 masehi (kira-kira abad ke-2 hijriah) hubungan antara orang-orang islam dari Arab dengan bangsa kita sudah terjalin. Sebab, sebagai dikatakan oleh ahli-ahli searah, hubungan antara  orang-orang Cina di Tiongkok sudah terjalin sebelum itu. Amatlah masuk di akal bahwa pelayaran antara Arab – Tiongkok pastilah menyinggahi nusantara kita karena mengarungi lautan yang demikian besar dan jauh itu sangat memerlukan tempat singgah untuk menambah perbekalan dan menantikan iklim yang baik. Dan Indonesia terletak antara negeri jazirah Arab dan Cina.

B. Islam dan Jaringan Perdagangan 
Dengan pulau dan lautan yang lebih luas dari daratannya, Indonesia mempunyai letak yang strategis dan potensial bagi pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan. Hal tersebut didorong oleh faktor lautan yang menjadi jalur pelayaran antar pulau. Dengan jalur pelayaran terseebut, terjadilah jaringan perdagangan antar pulau dan antar suka bangsa yang kemudian berkembang menjadi jaringan internasional atau perdagangan antar bangsa. Kerajaan-kerajaan Indonesia Hindu-Budha yang mempunyai jaringan perdagangan internasional, biasanya merupakan kerajaan yang memiliki Bandar-bandar besar dan ibukota yang berfungsi sebagai negara-kota. Dengan adanya jalur pelayaran sejak masa awal, terjadilah jaringan perdagangan dan pertumbuhan serta perkembangan kota-kota pusat, dengan kota-kota bandarnya.
Bertia Tome Pires memberikan gambaran keberadaan jalur pelayaran dan jaringan kebudayaan internasional yang sudah tumbuh dan berkembang sekitar abad ke-16. Berita-berita asing, ditunjang peta-peta kuno, hikayat, babat lokal dan data arkeologis cukup menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah tumbuh dan berkembangnya kesultanan di Indonesia telah berlangsung kegiatan pelayaran yang membentuk jaringan perdagangan baik bersifat regional maupun internasional. Berita Tionghoa dan Arab dari sekitar abad ke-7 atau ke-8 juga member bukti adanya pelayaran dan jaringan perdagangan, di mana pedagang-pedagang Arab dan Persia telah berperan dalam jaringan perdagangan internasional melalui selat Malaka terus ke Tionghoa. Namun, dengan kedatangan VOC yang berambisi  untuk berusaha menerapkan monopoli dengan cara memerangi dan menanamkan politik “Devide et Empera”-nya. Akibatnya, VOC mendapat perlawanan dan pemberontakan oleh beberapa kesultanan. Kesultanan Aceh merupakan kesultanan yang paling sulit ditaklukan oleh VOC Hindia-Belanda.
Bandar Komoditas Ekspor dan Impor
Telah ditegaskan bahwa kerajaan atau kesultanan yang tergolong sebagai negara-kota yang terlibat dalam kegiatan perdagangan regional dan internasional, memerlukan bandar sebagai tempat ekspor dan impor komoditas yang dibutuhkan oleh masyarakat dan kesultanan yang bersangkutan. Di kesultanan Demak, yang berfungsi sebagai kota bandar adalah Jepara,  dan bandar-bandar yang semula berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit seperti Tuban, Gresik, Surabaya, dan Madura. Demikian pula kesultanan Aceh Darussalam, yang bandarnya di sebut Lambri. Pemerintah kota Bandar biasanya diserahkan kepada putra-putra sultan yang berkedudukan sebagai Tumenggung atau Adipati yang membawahi para syah Bandar yang diangkat oleh sultan

Demikian pula jaringan perdagangan antara kesultanan  yang ada di Jawa, antara lain Cirebon dan Mataram yang dikuasai VOC sejak abad ke-18, sedangkan di Sulawesi dan Kalimantan, VOC berhasil mengambil alih perdagangan pada abad ke-8 sampai ke-19 Masehi.Di sisi lain, sebagaimana bukti yang ada, diberitakan bahwa kesultanan Aceh Darussalam adalah kesultanan yang sulit ditaklukan oleh VOC, untuk itu butuh waktu lama bagi VOC untuk menguasai bandar di Aceh Darussalam. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Drama Detik-detik Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Prambanan (20/1) Naskah Drama Detik-detik Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (Diambil dari berbagai sumber, oleh Wawan Teamlo) ditulis kembali oleh Atik ANNOUNCER : 15 Agustus 1945  Para Pemuda  mendesak Golongan Tua untuk memproklamasikan Indonesia gagal,  para pemuda lalu melaksanakan pertemuan di Jalan Cikini 71. Mereka lalu sepakat untuk menculik Soekarno-Hatta dan membawa mereka ke Rengasdengklok. Wikana              : (mengetuk pintu dengan keras) “Bung Karno, Bung Karno!” Soekarno           : (membuka pintu) “Iyaa, ada apa?” Shaleh               : “Anda harus ikut kami ke Rengasdengklok” Soekarno           : “Untuk apa aku ikut dengan kalian?” Wikana           ...

Pendudukan Jepang di Indonesia

Masuknya Jepang Ke Indonesia   Jepang dengan mudah berhasil menguasai daerah-daerah Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mengapa demikian? Karena:  Jepang telah berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941;  Negeri-negeri induk (Inggris, Perancis, dan Belanda) sedang menghadapi peperangan di Eropa melawan Jerman;  Bangsa-bangsa di Asia sangat percaya dengan semboyan Jepang (Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia, dan Jepang pelindung Asia) sehingga tidak memberi perlawanan. Bahkan, kehadiran Balatentara Jepang disambut dengan suka cita karena Jepang dianggap sebagai ‘saudara tua’ yang akan membebaskan bangsa-bangsa Asia dari belenggu penjajahan negara-negara Barat. Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung,. Jepang tanpa banyak menemui per...

Teladan Tokoh Integrasi Berjuang Mempertahankan Kemerdekaan NKRI

Meski telah merdeka, ternyata pada awalnya, NKRI masih perlu mempertahankannya dari negara-negara yang belum mengakui kemerdekaan kita saat itu. Banyak tokoh yang berjuang mempertahankan kemerdekaan NKRI, antara lain:  A. Tokoh Raja Sultan Hamengkubowono IX (1912-1988) Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912 dengan nama asli  Gusti Raden Mas Dorodjatun . Ia adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan permaisuri Kangjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara. Pada tanggal 2 Oktober 1988, Sultan Hamengkubuwono IX meninggal dunia di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat. Atas jasa dan berbagai perannya bagi bangsa dan negara Indonesia, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional. Sultan Hamengkubowono IX. (Sumber: id.wikipedia.org) Sultan Syarif Kasim II (1893-1968) Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin [3]  atau  Sultan Syarif Kasim II  (lahir di...